SEJARAH ILMU DAKWAH DI INDONESIA
SEJARAH
PERKEMBANGAN ILMU DAKWAH DI INDONESIA
MAKALAH
Disusun untuk
memenuhi tugas
Mata
Kuliah :
Pengantar Ilmu Dakwah
Dosen
pengampu : Ema Hidayanti S.Sos.I, MSI
1. Deni
Puji Utomo (1401016085)
2. Reza
Muhammad Azhari (1401016084)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
2014
I.PENDAHULUAN
Peneliti
menyebut awal permulaan dakwah yaitu pada masa Rasullallah SAW, itu sesuai dengan terminologi khusus
dakwah islamiyah yang mengatakan bahwa
agama islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, namun pendapat
lain mengatakan bahwa dakwah sudah ada sejak zaman ketika nabi Adam a.s.
menerima wahyu dan dakwah telah dilakukan oleh semua nabi dan rasul ketika
mereka diutus oleh Allah. Pendapat ini merujuk pada terminologi umum bagi
dakwah islamiyah, bahwa dakwah para nabi pada hakikatnya adalah satu. Seluruh
rasul telah menyampaikan Islam dalam arti yang luas.
Di
Indonesia, sejarah dakwah sudah dimulai sejak zaman sebelum penjajahan, yaitu
pada masa wali dan sebagian yang terkenal dikalangan masyarakat sering disebut
dengan Walisongo. Dengan konsep dakwah yang tentu berbeda dengan konsep dakwah
para nabi dan rasul terdahulu, karena di Indonesia sendiri saat itu penduduknya
mayoritas masih beragama Hindu dan Budha, maka para wali pun berdakwah di
Indonesia dengan melakukan berbagai hal salah satu nya dengan akulturasi budaya
daerah setempat dengan ajaran islam, selagi tidak bertentangan dengan ajaran
agama islam. Yang pasti dilakukan untuk menghindari kecaman ditempat mereka
akan berdakwah, meski banyak hal yang menyulitkan selalu menghambat mereka untuk berdakwah, namun
dapat dikatakan dakwah para wali itu berhasil, danperlu kita jadikan teladan
dalam berdakwah.
Dakwah
pun masih terus berlanjut sampai sekarang, dengan berbagai macam bentuknya,
seperti kita ketahui, ada cara-cara yang dianggap lebih mudah dan condong ke
modern yaitu dengan melalui pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi),
tulisan (buku), acara kerohaniah di televisi, jejaring sosial (facebook,
twitter, blog, dll), dan sebagian masih tetap berdakwah dengan cara
konvensional yaitu dengan berdiri di mimbar-mimbar masjid sebagai mubaligh dan
sebagainya.
Untuk
itu, disini kami akan menjelaskan bagaimana sejarah perkembangan keilmuan
dakwah mengenai realitas perkembangan pemikiran keilmuan dakwah, tahap-tahap
perkembangan ilmu dakwah, dan kajian ilmu dakwah di Indonesia.
II.RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
realitas perkembangan pemikiran keilmuan dakwah di Indonesia?
2. Apa
saja tahap-tahap perkembangan ilmu dakwah di Indonesia?
3. Apa
kajian ilmu dakwah di Indonesia?
III.PEMBAHASAN
A.Realitas Perkembangan Pemikiran Keilmuan
Dakwah di Indonesia
Dakwah islam sebagai usaha dan kegiatan orang
beriman dalam mewujudkan ajaran islam dengan menggunakan sistem dan cara
tertentu kedalam kenyataan hidup perorangan (fardiyah), keluarga (usrah),
kelompok (thaifah), masyarakat (mustama’) dan negara (daulah) merupakan
kegiatan yang menjadi sebab (intrumental) terbentuk komunitas dan masyarakat
muslim serta peradabannya. Tanpa adanya dakwah, maka masyarakat muslim tidak
dimungkinkan keberadaannya dengan demikian, dakwah merupakan pergerakan yang
berfungsi metansformasikan islam sebagai ajaran [doktrin] menjada kenyataan
tata masyarakatnya dan peradabannya yang mendasarkan pada pandangan dunia islam
yang bersumber pada al quran dan assunah. Oleh karena itu dakwah islam meerupakan
faktor dinamik dalam mewujudkan masyarakat yang berkualistas khoira ummah dan
dauliyah thayyibah.[1]
Pada sisi lain dakwah sebagai aktifitas transformasi
islam sebagai realitas masyarakat, dewasa ini secara internal mengalami
penurunan kualitas. Dakwah islam dewasa ini secara internal mengalami penurunan
kualitas. Dakwah islam dewasa ini menghadapi tantang eksternal yang serius dari
gerakan faham materialisme., liberalisme, sekularisme dan kapitalisme global
serta serta gerakaan lain, sosialisme-komunisme. Pemikiran dan ideologi gerakan
ini telah masuk kedalam wilayah kehidupan umat islam dalam kehidupan pribadi
(fardi), keluarga (usroh), klompok (thifah).
Pakar muslim dalam mengkaji dakwah sesuai dengan
bidang ilmunya pada umumnya menyentuh dakwah islam sebagai aktifitas
transformasi ideal islam kedalam realiatas ummah sesuai latar belakang disiplin
ilmunya masing-masing. Pada umumnya pakar dakwah mengkaji dari sisi antologis.
aksiologis secara epistemologis masih belum dilakukan secara serius dan
mendalam. Pakar muslim menulis banyak karya mengenai dakwah dengan kajian
lintas disiplin sesuai dengan bidang keahliannya yang belum disertai dengan
alat analisa yang dapat menyatukan disiplin ilmu dakwah didalam kesatuan
subtansi keilmuan.
Para ahli tafsir menekankan pada aspek makna
tekstual ayat – ayat dakwah. Para ahli hadist memberikan komentar hadist –
hadist nabi SAW yang berkaitan dengan dakwah nabi SAW. Para ahli fiqih mengurai
dakwah dari sisi hukum syari’ah. Ahli sejarah mengaji dari sisi prosesnya
dakwah berlangsung. Para da’i pemikir menguraikan dari sisi masalah dakwah dan
konsep pemecahan baik dari segi strategi maupun metode dakwah yang relevan.
Proses sestematis keilmuan dakwah jika dilihat dari
persepektif indonesia, dewasa ini sedang berjalan melalui gerakan pengembangan
dakwah sebagai ilmu dilingkungan kampus di Indonesia. Sehingga dapat dikatakan
bahwa perkembangan pemikiran “dakwah sebagai ilmu” di indonesia secara akademik
dapat dikatakan cukup mengembirakan. Pada tanggal 17 mei 1994 di IAIN Jakarta
diselenggarakan pertemuan para dekan fakultas dakwah se-indonesia dengan pakar
ilmu dakwah dengan maksud mengadakan klarifikasi epistemologis keilmuan dakwah
dalam menetapakan jurusan pada fakultas dakwah. Tema sentral pertemuan membahas
sistem pendidikan ditinjau dari penjurusan, kurikulum dan metode pendidikannya.
Dalam pertemuan itu para pakar ilmu dakwah dan para dekan fakultas dakwah
kemudian berasil merumuskan bahwa disiplin ilmu dakwah terdiri dari tiga
disiplin utama:
1.Disiplin ilmu tabliq Komunikasi dan Penyiaran Islam
(KPI), dan bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)
2.Disiplim Pengembangan
Masyarakat Islam (PMI).
3.Disiplin Managemen Dakwah
(MD).
Pemikiran itu kemudian dilembagakan dalam kurikulum
nasional fakultas dakwah 1975. Disiplin ilmu dakwah islam dalam struktur
kurikulum. Disiplin ilmu dakwah islam dalam struktur kurikulm 1995 memiliki
karakteristik tertentu jika dibandingkan dengan kurikulum disilpin dakwah islam
sebelumnya.
B.Tahap-tahap Perkembangan Ilmu Dakwah di
Indonesia
1.Tahap Konvesional
Pada tahap ini dakwah masih merupakan kegiatan
keagamaan berupa seruan atau ajakan untuk menganut dan mengamalkan ajaran islam
yang dilakukan secara konvensional. Artinya, dalam pelaksanaan, dakwah belum
berdasar kepada metode-metode ilmiah, tetapi tetapi berdasarkan pengalaman
orang perorang. Oleh Karena itu tahap ini juga disebut dengan tahap
tradisional.
2.Tahap
Sistematis
Tahap ini merupakan pertengahan antara tahap
konvensional dan tahap berikutnya, yaitu tahap ilmiah. Pada tahap ini , dakwah
yang ada dalam tahap konvesional diatas sudah dibicarakan secara khusus oleh
berapa kalangan, sehingga muncul beberapa literature yang secara khusus
membahas dakwah. Selain itu, tahap ini juga ditandai dengan adanya perhatian
masyarakat yang lebih luas terhadap permasalahan dakwah islam. Hal ini dapat
dilihat dengan meningkatnya penyelanggaraan seminar, diskusi, serasehan. Dan pertemuan-pertemuan
ilmiah lainnya yang secara khusus membicarakan masalah yang berkenaan dengan
dakwah. Gejala-gejala proses keilmuan dakwah mulai terlihat dalam tahap ini,
sehingga ia menentukan tahap selanjutnya.
3.Tahap
Ilmiah
Pada tahap ini, dakwah telah berhasil tersusun
sebagai ilmu pengetahuan dan telah memenuhi beberapa persaratan pokoknya,
yaitu, yaitu objektif, metodik, universal, dan sistematis. Ini adalah berkat
jasa para ulama dan para sarjana muslim yang telah mengkaji secara serius, baik
dalam penelitian lapangan maupun penelitian keperpustakaan. Kajian mereka
menghasilkan teori-teori dakwah. Dengan teori yang kuat, masyarakat mendirikan
sarana dan prasarana pengembangannya melalui institusi perguruan tinggi.[2]
C.Kajian
Ilmu Dakwah di Indonesia
Telaah dakwah sebagai ilmu yang mencerminkan
kesatuan subsistem dan bersifat komprehensif masih langka dikaji pemikir dakwah.
Pola Pemaparan dikalangan pemikir dakwah masih terjebak pada asumsi dasarnya
yang kurang tepat bahwa dakwah identik dengan tabligh. Hal ini nampak pada
pemikiran Karim Zaidan yang mengidentifikasi subsistem dakwah terdiri dari :
objek dakwah, juru dakwah (da’i),
penerima dakwah (mad’u), metode (ushlub), dan media dakwah (wasilah).[3]
Secara
epistemologis, kajian dakwah sebagai ilmu masih sangat langka. Para pakar
Muslim belum berhasil merumuskan bangunan epistemologi dakwah yang memadai yang
sekiranya dapat menjadi kerangka dasar pengembangan dakwah sebagai ilmu.
Dakwah
di Indonesia antara kajian yang bersifat akademik dengan realitas dakwah yang
ada di masyarakat belum menunjukkan hubungan yang sinergis dan fungsional.
Masing-masing berjalan sendiri-sendiri. Kajian akademik masih asyik di menara
gadingnya, sementara praktik dakwah di masyarakat masih berkutat pada
model-model dakwah yang telah berjalan bertahun-tahun dan belum menunjukkan
adanya perubahan yang berarti.
Di
kalangan akademisi dan para pakar di bidang dakwah, mereka mengkaji dakwah
kebanyakan bertitik tolak dari sumber-sumber normatif, yakni al-Qur’an dan
al-Hadits. Mereka belum membangun kajian yang bertitik tolak dari realitas yang
ada di masyarakat. Kejadian-kejadian yang menimpa umat Islam seperti
kemiskinan, kerusuhan, ketidakadilan, disintegrasi, dan sebagainya belum
menjadi perhatian dari para akademisi dan pemikir dakwah.
Demikian
juga, para pelaku dakwah di masyarakat banyak yang mengembangkan dakwah hanya
melalui metode ceramah dan ironisnya umat Islam sangat bangga dan tertarik
dengan model ceramah yang penuh tawa. Akibatnya, dakwah hanya sebatas tontonan
dan tidak dijadikan sebagai tuntunan.
Pada
lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi yang mengatasnamakan lembaga
keagamaan, dakwah belum menunjukkan kinerja yang dibangun dengan menggunakan
manajemen modern. Mereka belum mampu melakukan perencanaan dan evaluasi yang matang berkenaan dengan
kegiatan dakwah. Umumya mereka hanya mementingkan sisi kuantitas dibandingkan
dengan sisi kualitas dari para jamaahnya.
Belum
lagi umat islam dibombardir dengan menjamurnya teknologi informasi yang muatan
nilainya lebih banyak dipengaruhi oleh masyarakat Barat. Maka kondisi dakwah di
Indonesia semakin terpuruk dikarenakan umat Islam belum siap menghadapi kondisi
tersebut baik secara mental, skill dan pendayagunaannya. Umat Islam hanya
terjebak dan terpesona dengan kecanggihan teknologi informasi yang datang dan
merambah begitu cepat dalam kehidupan masyarakat.
Perubahan
yang begitu cepat pada masyarakat akan membawa implikasi yang cukup besar bagi
pola pikir, sikap dan kepribadian masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia
yang mempunyai pola pikir tradisional akan berubah menjadi pola pikir modern
yang lebih berpikir rasional, efisien, dan pragmatis. Demikian pula sikap dan
kepribadian masyarakat Indonesia yang tadinya ramah, berkepribadian menarik,
dan memiliki semangat kekeluargaan akan mengalami perubahan yang cukup drastis
sesuai dengan tuntunan zaman. Hal ini tentunya akan banyak mempengaruhi perkembangan
dakwah di Indonesia.
Seiring
dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, pemerintah Indonesia belum
menunjukkan keberpihakan yang tinggi terhadap aktivitas-aktivitas dakwah.
Dakwah hanya dijadikan kegiatan pinggiran dan seremonial yang kurang memiliki
dampak yang berarti bagi perbaikan bangsa Indonesia. Pemerintah masih
menomorsatukan kebijakan-kebijakan ekonomi dan politik sebagai ujung tombak
dalam melakukan perubahan pada masyarakat Indonesia. Padahal mayoritas penduduk
Indonesia beragama Islam dan dakwah tidak akan terlepas dari aktivitas umat
Islam. Dakwah merupakan kewajiban setiap individu Muslim. Oleh karena itu, kehadiran
dakwah hendaknya diperhitungkan sebagai salah satu elemen terpenting dalam
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.[4]
Dengan
melihat uraian diatas, sebenarnya dakwah sudah lama ada di Indonesia.
Perkembangan
dakwah Islam di Indonesia, pada dasarnya sejalan dengan masuknya islam di
Indonesia pada sekitar abad 7M, atau abad pertama Hijriyah. Adapun Kajian
Tentang dakwah di Indonesia masih relatif baru. Pembahasan Dakwah bermula dari
pembahasan khutbah dan dakwah dalam pengertian yang relatif terbatas. Dakwah
pada ketika itu dipahami sebagai kegiatan khutbah dan tabligh dalam arti
sempit.[5]
Mulai
tahun 1905 muncul organisasi-organisasi mengenai dakwah islam, pendidikan dan
sosial. Salah satunya yaitu Jami’iyyatul Khair yang didirikan oleh Sayyid
Syihab bin Syihab dkk. Lalu setelah bertahun-tahun muncul berbagai organisasi
yang bergerak dalam agama islam. Seperti yang kita kenal sampai sekarang ini
N.U ( Nahdlatul Ulama) , Muhammadiyah,
MUI (Majelis Ulama Indonesia), dan MDI (Majelis Dakwah Indonesia).
Organisasi tersebut masih tetap eksis
sampai sekarang, dengan jumlah jamaat yang banyak dan setia kepada organisasi
yang masyarakat ikuti.
Secara
akademisi, kajian mengenai ilmu dakwah di Indonesia telah dimulai sejak tahun
1950, sejak adanya Perguruan Tinggi Agama Islam. Kemudian dilanjutkan dengan
dibukanya jurusan Dakwah pada Fakultas Ushuludin PTAIN (IAIN) pada tahun 1960.
Dan mulai tahun 1970 Jurusan Dakwah berubah menjadi Fakultas Dakwah, dengan
jurusan Penerangan dan Penyiaran Agama Islam. Kemudian, pada tahun 1995
Fakultas Dakwah membuka jurusan-jurusan baru sebagai pengembangan Jurusan
Dakwah, yaitu Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), Manajemen Dakwah (MD).
Pada
awal dasawarsa tahun 1960-an, terjadi perkembangan baru dalam pemikiran tentang
dakwah, dimana dakwah sudah tidak dipahami secara mikri (sempit) dan terbatas.
Kajian ilmu dakwah dipertegas lagi oleh H. S.M. Nasaruddin dalam dukunya
berjudul Teori dan Praktek Dakwah
Islamiyah.[6]
Hingga
saat ini perkembangan penerbitan buku-buku dakwah bertambah variatif dengan
berbagai tinjauan dan kajian yang menambah kekayaan khazanah keilmuan dakwah.
Termasuk kehadiran buku Ilmu Dakwah
ini adalah dalam rangka ikut memperkaya khazanah perkembangan ilmu dakwah.[7]
IV.KESIMPULAN
Pada
prakteknya ilmu dakwah belum mengalami perkembangan yang menyeluruh, hanya pada kelompok-kelompok tertentu saja
dakwah berkembang cukup pesat. Salah satunya melalui bidang pendidikan di
Perguruan Tinggi Agama Islam ilmu dakwah menjadi lebih kompleks dan mendalam
dalam kajiannya. Namun di masyarakat umum dakwah hanya dikenal sebatas masalah Da’i, Mad’u, Ushlub, dan Wasilah nya saja. Meski sebenarnya telah
banyak tata cara dan kajian ilmu dalam berdakwah berkembang di dunia khusunya
Indonesia yang bisa dikatakan lebih
modern dan menarik umat umumnya.
V.DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad Amrullah. 2008. Makalah Pengembangan Keilmuan Dakwah dan Aspek Prospek Kerja. Semarang: APDI
Unit Fakultas Dakwah IAIN Walisongo.
Ali Aziz Moh. 2004. Ilmu dakwah. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Amin Samsul Munir.
2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: PT Sinar Grafika Offset.
Ilaihi
Wahyu. 2010. Komunikasi dakwah.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ilaihi
Wahyu & Hefni Harjani. 2007. Pengantar
Sejarah Dakwah.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Saputra
Wahidin. 2011. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
http://fiahrafiah.wordpress.com/2012/01/25/eksistensi-dakwah-islam-di-indonesia-pada-era-modern/
di unduh pukul 10:00 WIB, 19 September 2014.
[1] Amrullah
Ahmad, Makalah Pada Saat Seminar Lokakarya “Pengembangan Keilmuan Dakwah dan
Aspek Prospek Kerja”, APDI Unit Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, Semarang 19-20
Desember 2008
[2] Wahyu
Ilaihi, Komunikasi Dakwah, [2009, PT Remaja Rosdakarya:Bandung],67-68
[3] Abdul2
Karim Zaidan, Ushul al-Da’wah,hlm.5
[4] Source
From : http://fiahrafiah.wordpress.com/2012/01/25/eksistensi-dakwah-islam-di-indonesia-pada-era-modern/
di unduh pukul 10:00 WIB, 19 September 2014
[5] Drs.
Samsul Munir Amin, M.A., Ilmu Dakwah, [2009, Sinar Grafika Offset:
Jakarta],hlm.44
[6] Drs.
Samsul Munir Amin, M.A., Ilmu Dakwah, [2009, Sinar Grafika Offset:
Jakarta],hlm.45
[7] Drs.
Samsul Munir Amin, M.A., Ilmu Dakwah, [2009, Sinar Grafika Offset:
Jakarta],hlm.47
Komentar
Posting Komentar