keutamaan mencari ilmu
KEUTAMAAN MENCARI ILMU TAFSIR AL-QUR’AN
(QS. AT-TAUBAH [9]: 122)
Makalah
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Tafsir
Dosen Pengampu Dr. Hj. Yuyun Affandi Lc. M.A.

Disusun Oleh :
Muhammad Rojiun (1401016081)
Marzuki Rahmad (1401016083)
Afrohah Ira Ariyanti (1401016086)
Reza Mohammad Azhari (1401016084)
Imam Hanafi (1401016087)
Rois Abdullah Badrudin Yusuf
(1401016082)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
A.
PENDAHULUAN
Kita didalam
kehidupan beragama harus mempunyai keimanan terhadap agama yang kita anut.
Sebab keimanan adalah suatu pondasi awal untuk kita bisa beragama dengan baik
dan kafah [sempurna/menyeluruh]. adanya suatu keimanan yang
terpatri kuat di dalam lubuk hati kita yang terdalam , itu pasti akan menjadikan kita mantap di dalam
menjalankan aktifitas keberagamaan tersebut. Suatu amaliah didalam agama yang
kita jalankan akan terasa hambar, bahkan akan sia-sia, itu disebabkan tidak
adanya keimanan di dalam hati. Sebagai
contoh kita umat islam. Keislaman kita
akan baik bahkan pada saatnya nanti akan bisa sampai kepada tataran ihsan,
apabila pondasi awal yaitu keimanan kita sudah kuat. Di dalam makalah ini kami
akan mencoba membahas tentang keimanan yang
mencakup apa sajakah penyebab keimanan itu kuat ataupun lemah, dan
bagaimanakah ciri-ciri orang yang mempunyai keimanan yang bagus
sebagaimana terdapat di dalam
redaksianal hadits.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian iman, islam dan ihsan?
2. Bagaimana
hadist tentang iman, islam dan ihsan?
3. Bagaimana
penjelasan tentang hadist iman,islam, dan ihsan?
C.
PEMBAHASAN
1.
Pengaertian
iman,islam dan ihsan
a. Pengertian
iman
Iman
berasal dari kata iimaanun
merupakan bentuk masdar yang fiil madhinya adalah aamana yang menurut lughoh atau bahasa artinya shoddaqohu
wa wa tsiqobihi yang artinya membenarkan serta mempercayakan.[1]
Sedang menurut istilah : Wa iqrori bil lisan
watashdiqi bil qolbi wa ‘amali
nakaril ibadi. Yang artinnya meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan
dan mengamalkannya dengan anggota badan. Dapat kita simpulkan bahwa iman adalah
pengakuan dan pembenaran dalam hati yang dapat menggerakkan seluruh anggauta badan
seorang mukmin dalam rangka memenuhi kewajiban yang telah dibenarkan oleh
hatinya tersebut. Iman sering juga dikenal dengan istilah aqidah,yang berarti
ikatan atau kekuatan hati. Seseorang yang beriman akan mengikatkan hati dan perasaannya dengan sebuah kepercayaan yang tidak
akan ditukarnya dengan kepercayaan lain,dengan iming-iming apapun. Aqidah
tersebut akan menjadi pegangan dan pedoman hidup,mendarah daging dalam dirinya.
Oleh karena itu,untuk mempertahankan aqidahnya, seorangmukmin yang kuat bukan
saja akan mengorbanan harta, badan, tapi jiwanya juga sanggup dipertaruhkan.
Rasullah SAW bersabda “ cara mencapai manisnya iman adalah benci dan suka
terhadap sesuatu hanya karena Allah (HR.Bukhori dan Muslim)[2].
Adapun ciri-ciri orang yang ber iman yang artinya Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah
bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka
hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hariakhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”.
[Bukhari
no. 6018, Muslim no. 47][3]
b. Pengertian
islam
Islam adalah pasrah atau
berserah diri, tunduk , taat dan melepaskan diri dari perbuatan syirik, juga
bisa berarti selamat.
Sabda
Rasulullah SAW ; ” Islam itu adalah engkau menyembah Allah, tiada engkau
persekutukan Dia dengan sesuatu yang lain, engkau dirikan shalat, engkau
keluarkan zakat yang diwajibkan, engkau berpuasa di bulan Ramadhan dan engkau
tunaikan ibadah haji jika engkau sanggup [mampu] pergi ke Baitullah. ” (HR.
Bukhori)[4]
c.
Pengertian ihsan
Ihsan secara bahasa artinya berbuat baik; Asal kata dari
Ahsana-Yuhsinu-Ihsaanan.. Ihsan ada juga yang menerangkan berasal dari kata ﺣَﺴُﻦَ
yang artinya juga berbuat baik,sedangkan bentuk masdarnya adalah ﺍِﺣْﺴَﺎﻥْ
,yang artinya kebaikan.ﺇﻥ ﺃﺣــﺴﻨﺘﻢ ﺃﺣــﺴﻨﺘﻢ ﻷﻧﻔــﺴﻜﻢ. ﻭﺍﻥ ﺍﺳــﺄﺗﻢ ﻓــﻠﻬﺎ“ Jika
kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri. Dan jika
kamu berbuat jahat, maka(kejahatan) itu (juga) bagi dirimu sendiri. (al-Isra’:
7). Sedangkan menurut istilah, ikhsan adalah berbakti dan mengabdikan diri
kepada Allah SWT dengan dilandasi kesadaran dan keikhlasan. Berbakti kepada
Allah artinya berbuat sesuatu yang bermanfaat baik untuk diri sendiri, sesa
mamanusia, maupun untuk makhluk lainnya. Orang yang sudah tingkatan Ihsan dia menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya, tetapi jika engkau tidak
melihat-Nya, Dia pasti melihat engkau.
2.
Hadist tentang
iman,islam da hadist
عَنْ
عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ
شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ
يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم
فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ
وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى
الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ
وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ
سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ:
فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ
وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ
وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ
تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ .
قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا
بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ
تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ
رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ
مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ
وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ
دِيْنَكُمْ .
[رواه مسلم]
Arti hadits / ترجمة الحديث :
Dari Umar
radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki
yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak
padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang
mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua
lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya
berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa
tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad
adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan
dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua
heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya
lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari
akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian
dia berkata: “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku
tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada
Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia
melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat
(kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari
yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “,
beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau
melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)
berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku
berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa
yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau
bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan
agama kalian “. [5]
(Riwayat Muslim)
3.
Penjelasan hadist tentang iman, islam dan ihsan
Hadits
ini sangat berharga karena mencakup semua fungsi perbuatan lahiriah dan
bathiniah,serta menjadi tempat merujuk bagi semua ilmusyari’at dan menjadi
sumbernya. Oleh sebab ituhadits ini menjadi induk ilmu sunnah.Hadits ini
menunjukkan adanya contoberpakaian yang bagus, berperilaku yang baik danbersih
ketika datang kepada ulama, orang terhormat atau penguasa, karena jibril
datanguntuk mengajarkan agama kepada manusiadalam keadaan seperti itu.Kalimat “
Ia meletakkan kedua telapaktangannya diatas kedua paha beliau, lalu iaberkata :
Wahai Muhammad…..” adalah riwayatyang masyhur. Nasa’i meriwayatkan dengankalimat,
“Dan ia meletakkan kedua tangannyapada kedua lutut Rasulullah….” Dengan
demikianyang dimaksud kedua pahanya adalah kedualututnya. Dari hadits ini
dipahami bahwa islam dan iman
adalah dua hal yang berbeda, baik secara
bahasa maupun syari’at. Namun terkadang, dalam pengertian syari’at, kata islam
dipakai dengan makna iman dan sebaliknya.Kalimat, “Kami heran, dia bertanya
tetapi dia sendiri yang membenarkannya” mereka para shahabat Rasulullah menjadi
heran atas kejadian tersebut, karena orang yang dating kepada Rasulullah hanya
dikenal oleh beliau dan orang itu belum pernah mereka ketahui bertemu dengan
Rasulullah dan mendengarkan sabda beliau. Kemudian ia mengajukan pertanyaan
yang ia sendiri sudah tahu jawabannya bahkan membenarkannya, sehingga orang-orang
heran dengan kejadian itu. Kalimat, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para
malaikat-Nya, dan kepada kitab-kitab- Nya….” Iman kepada Allah yaitu mengakui
bahwa Allah itu ada dan mempunyai sifat-sifat Agung serta sempurna, bersih dari
sifat kekurangan,. Dia tunggal, benar, memenuhi segala kebutuhan makhluk-Nya,
tidak ada yang setara dengan Dia, pencipta segala makhluk, bertindak sesuai
kehendak-Nya dan melakukan segala kekuasaan-Nya sesuai keinginan-Nya. Iman
kepada Malaikat, maksudnya mengakui bahwa para malaikat adalah hamba Allah yang
mulia, tidak mendahului sebelum ada perintah, dan selalu melaksanakan apa yang
diperintahkan-Nya. Iman kepada Para Rasul Allah, maksudnya mengakui bahwa
mereka jujur dalam menyampaikan segala keterangan yang diterima dari Allah dan
mereka diberi mukjizat yang mengukuhkan kebenarannya, menyampaikan semua ajaran
yang diterimanya, menjelaskan kepada orang-orang mukalaf apa-apa yang Allah
perintahkan kepada mereka. Para Rasul Allah wajib dimuliakan dan tidak boleh dibeda-
bedakan. Iman kepada hari Akhir, maksudnya mengakui adanya kiamat, termasuk
hidup setelah mati, berkumpul dipadang Mahsyar, adanya perhitungan dan
timbangan amal, menempuh jembatan antara surga dan neraka, serta adanya Surga
dan Neraka, dan juga mengakui hal-hal lain yang tersebut dalam Qur’an dan
Hadits Rosululloh. Iman kepada taqdir yaitu mengakui semua yang tersebut
diatas, ringkasnya tersebut dalam firman Allah QS. Ash-Shaffaat : 96, “Allah
menciptakan kamu dan semua perbuatan kamu” dan dalam QS. Al-Qamar : 49,
“Sungguh segala sesuatu telah kami ciptakan dengan ukuran tertentu” dan di
ayat-ayat yang lain. Demikian juga dalam Hadits Rasulullah, Dari Ibnu Abbas,
“Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan suatu keuntungan
kepadamu, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang Allah telah
tetapkan pada dirimu. Sekiranya merekapun berkumpul untuk melakukan suatu yang
membahayakan dirimu, niscaya tidak akan membahayakan dirimu kecuali apa yang
telah Allah tetapkan untuk dirimu. Segenap pena diangkat dan lembaran- lembaran
telah kering”
Para
Ulama mengatakan, Barangsiapa membenarkan segala urusan dengan sungguh- sungguh
lagi penuh keyakinan tidak sedikitpun terbersit keraguan, maka dia adalah
mukmin sejati. Kalimat, “Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau
melihat-Nya….” Pada pokoknya merujuk pada kekhusyu’an dalam beribadah,
memperhatikan hak Allah dan menyadari adanya pengawasan Allah kepadanya serta
keagungan dan kebesaran Allah selama menjalankan ibadah.Kalimat, “Beritahukan
kepadaku tanda- tandanya ? sabda beliau : Budak perempuan melahirkan anak
tuannya” maksudnya kaum muslimin kelak akan menguasai negeri kafir, sehingga
banyak tawanan, maka budak-budak banyak melahirkan anak tuannya dan anak ini
akan menempati posisi majikan karena kedudukan bapaknya. Hal ini menjadi
sebagian tanda-tanda kiamat. Ada juga yang mengatakan bahwa itu menunjukkan
kerusakan umat manusia sehingga orang-orang terhormat menjual budak yang
menjadi ibu dari anak- anaknya, sehingga berpindah-pindah tangan yang mungkin
sekali akan jatuh ke tangan anak kandungnya tanpa disadarinya. Hadits ini juga
menyatakan adanya larangan berlomba-lomba membangun bangunan yang sama sekali
tidak dibutuhkan. Sebagaimana sabda Rasulullah,” Anak adam diberi pahala untuk
setiap belanja yang dikeluarkannya kecuali belanja untuk mendirikan bangunan”
Kalimat, “Penggembala Domba” secara khusus disebutkan karena merekalah yang
merupakan golongan badui yang paling lemah sehingga umumnya tidak mampu
mendirikan bangunan, berbeda dengan para pemilik onta yang umumnya orang
terhormat. Kalimat, “Saya tetap tinggal beberapa lama”
maksudnya Umar radhiallahu ‘anh tetap
tinggal ditempat itu beberapa lama setelah orang yang bertanya pergi, dalam
riwayat yang lain yang dimaksud tetap tinggal adalah Rosululloh. Kalimat, “Ia
datang kepada kamu sekalian untuk mengajarkan agamamu” maksudnya mengajarkan
pokok-pokok agamamu, demikian kata Syaikh Muhyidin An Nawawi dalam syarah
shahih muslim. Isi hadits ini yang terpenting adalah penjelasan islam, iman dan
ihsan, serta kewajiban beriman kepada Taqdir Allah Ta’ala. Sesungguhnya
keimanan seseorang dapat bertambah dan berkurang, QS. Al-Fath : 4, “Untuk
menambah keimanan mereka pada keimanan yang sudah ada sebelumnya”. Imam Bukhari
menyebutkan dalam kitab shahihnya bahwa ibnu Abu Mulaikah berkata, “Aku temukan
ada 30 orang shahabat Rasulullah yang khawatir ada sifat kemunafikan dalam
dirinya. Tidak ada seorangpun dari mereka yang berani mengatakan bahwa ia
memiliki keimanan seperti halnya keimanan Jibril dan Mikail ‘alaihimus salaam”
Kata iman mencakup pengertian kata islam dan semua bentuk ketaatan yang
tersebut dalam hadits ini, karena semua hal tersebut merupakan perwujudan dari
keyakinan yang ada dalam bathin yang menjadi tempat keimanan. Oleh karena itu
kata Mukmin secara mutlak tidak dapat diterapkan pada orang-orang yang
melakukan dosa-dosa besar atau meninggalkan kewajiban agama, sebab suatu
istilah harus menunjukkan pengertian yang lengkap dan tidak boleh dikurangi,
kecuali dengan maksud tertentu. Juga dibolehkan menggunakan kata Tidak beriman
sebagaimana pengertian hadits Rasulullah, “Seseorang tidak berzina ketika dia
beriman dan tidak mencuri ketika dia beriman” maksudnya seseorang dikatakan
tidak beriman ketika berzina atau ketika dia mencuri. Kata islam mencakup makna
iman dan makna ketaatan, syaikh Abu ‘Umar berkata, “kata iman dan islam
terkadang pengertiannya sama terkadang berbeda. Setiap mukmin adalah muslim dan
tidak setiap muslim adalah mukmin” ia berkata, “pernyataan seperti ini sesuai
dengan kebenaran” Keterangan-keterangan Al-Qur’an dan Assunnah berkenaan dengan
iman dan islam sering dipahami keliru oleh orang-orang awam.[6]
D.
KESIMPULAN
Dari materi tentang hadist nabi iman,islam dan ihsan
dapat kami simpulkan dalam kehidupan sehari-hari kita perlunya iman karena
dengan iman kita dapat mencegah hal-hal yang mendatangkan dosa. Iman tanpa
islam juga kurang sempurna karena kita menjalankan syariat yang dibawa oleh
rasullah kita akan mendapatkan pembalan di kelak nanti. Ihsan juga penting
soalnya itu hasil dari iman ,islam bisa
diartikan akhlaq, datau buah dari keimanan dan islam. Sehingga iman,islam dan
ihsan itu saling berkaitan.
E.
PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan sekiranya isi makalah
ini dapat memberikan pemahaman dan wawasan tentang materi Hadist tentang
ima,islam dan ihsan. Mohon maaf apabila ada kesalahan menyampaaikan dalam
makalah ini dan semoga makalah ini dapat
bermafaat
bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1987. Terjemahan Tafsir Al Maraghi.
Semarang: Thoha Putra, tt.
Al-Qur’an Digital
Jalaluddin, As-Suyuthi. 2008. Sebab Turunya Ayat al-Quran. Jakarta:
Gema Insani.
Shaleh, Qomarudin, dkk. 1986. Asbabun Nuzul. Bandung: Diponegoro.
Soenarjo, A., dkk. 1971. Al Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: Thoha
Putra.
T.M.
HasbiAsh-Shiddieqy, 2000. Tafsir
al-Qur’annulMajidAn-Nuur, (Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Komentar
Posting Komentar